Monday, March 2, 2009

Dr. Rizal Ramli, Kandidat Presiden RI: "Kita Perlu Perubahan Riil,Bukan Pergantian"

Ada yang tak berubah pada diri Rizal Ramli, si 1okomotif perubahan. Gayanya selalu rileks mau mendengarkan ketika menemui siapa saja yang bertandang ke rumahnya. Bahkan di saat kondisi tubuhnya tidak fit, seperti di hari jumat, akhir pekan silam. "Hujan, kurang tidur, dan aktivitas yang pad at adalah kombinasi paling pas untuk membuuat siapa saja selesma," katanya, sambil terkekeh.

Rizal memang sibuk belakangan ini. Ketika melakukan sosialisasi ke daerah, dalam sehari, setidaknya ia akan mengunjungi lima tempat berbeda. Dari pagi sampai malam. Dari pasar becek hingga tempat pengajian. Dari ruang seminar sampai pemandian umum. Tak heran, tubuhnya terlibat lebih langsing. "Kalau ketemu kiai, seperti Kiai Anam (Choirul Anam, Ketua Umum PKNU, red), biasanya malah harus malam-malam, setelah jam sembilan, ha ha ha."

Ada lagi yang tak berubah dari diri kandidat Presiden itu, di saat kunjungan-kunjungan tersebut. Ia selalu menekankan pentingnya mengembangkan kemandirian ekonomi bangsa, menolak eksploitasi pemodal asing, dan mengembangkan aktivitas perekonomian produktif bukan spekulatif. Rizal adalah penentang pemikiran neokolonialisme yang am at tangguh.

Pada suatu masa, IMF (Dana Moneter Internasional) pernah dianggap sebagai representasi neokolonialisme. Dunia lalu mengenal dua kritikus IMF paling kencang di Asia: Mahathir Muhammad, mantan Perdana Menteri Malaysia, dan Rizal Ramli. Kiprah politik Mahathir, boleh dibilang, sudah habis. Tapi, kiprah Rizal Ramli sepertinya baru akan dimulai lagi. Ditemui di rumahnya, di kawasan J alan Bangka, Jakarta, Rizal menguraikan gagasan-gagasan, pemikiran, dan motivasinya ketika memutuskan maju menjadi kandidat Presiden, tahun ini. Petikannya:

APA SEBENARNYA MOTIVASI ANDA MAJU MENJADI CALON PRESIDEN?

Sebenarnya, ini semua dilatari oleh kegelisahan saya melihat masa depan bangsa dan negara Indonesia. Di usia saya sekarang ini, saya mungkin sudah cukup mapan. Masih rutin diundang mengisi kuliah atau seminar di luar negeri, setiap bulan. Masih bisa memberikan konsultasi, advis, atau mengajar. Kalau saya mau, saya bisa menikmati semua itu dan abai terhadap segala situasi yang terjadi di negara ini.

Ternyata saya tidak bisa. Saya benar-benar prihatin melihat kondisi sebagian besar rakyat kita-hampir 80%-yang masih menderita. Mereka seolah belum merdeka. Padahal, kita sudah 63 tahun lebih memproklamasikan kemerdekaan. Bangsa kita seperti berjalan di tempat. 450 tahun lalu, semua negara di Asia kondisinya sangat; miskin. Sekarang, kebanyakan negara lain di Asia sudah maju pesat. Kita masih begini-begini saja. Saya ingin ada perubahan. Itu yang mendorong saya maju dalam pencalonan kali ini.

MENGAPA ANDA JUGA MENGUSUNG TEMA PERUBAHAN? TIDAKKAH TEMA ITU SEPERTINYA JADI TERDENGAR "BASI"?

Tidak. Yang saya tekankan di sini adalah perubahan yang sebenar-benarnya. Saya menawarkan sebuah jalan baru: sebuah jalan yang anti-neokolonialisme, sebuah jalan yang mandiri. Jika kita menempuh jalan baru ini, berarti kita harus merebut keedaulatan ekonomi dari kreditor asing dan korporasi multinasional. Benar-benar sebuah perubahan. Presiden sekarang, sewaktu kampanye dulu, memang menyinggung tema perubahan. Tapi, apa yang dilakukan kemudian? Tak lebih dari sekadar melakukan pergantian Presiden, bukan melakukan sebuah perubahan riil. Polah Presiden-Presiden sebelum ini tetap sama tunduk pada kekuatan-kekuatan modal besar.

CITRA ANDA SANGAT ANTI-ASING …

Saya tidak anti-asing. Saya punya banyak sekali teman orang asing, dari berbagai kalangan. Setiap bulan saya biasa diundang bicara di luar negeri. Tak pernah saya menyerukan siapa saja untuk bersikap anti-asing. Saya hanya ingin mendudukkan posisi kita harus se-derajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia, karena itulah salah satu tujuan kita mendirikan negara ini. Saya tidak ingin negara ini dieksploitasi oleh kekuatan modal besar dari luar negeri.

Anda tahu, ketika saya menjadi pejabat (Menko Perekonoomian dan Menteri Keuangan), banyak orang asing yang mengaatakan mereka senang dengan transparansi yang saya kernbangkan. Mereka senang dengan sikap saya yang tidak birokratis dan tidak sogok-menyogok.

TAPI, ANDA TETAP DIKENAL SANGAT KRITIS TERHADAP IMF (DANA MONETER INTERNASIONAL) ...

Benar. Karena program-program IMF itu memang tidak cocok untuk dijalankan di Indonesia, atau bahkan di banyak negaara lain. Indonesia terbukti malah menjadi negara yang paling terakhir bisa keluar dari krisis Asia 1997-gara-gara mengikuti resep generik IMF. Anda ingat, hingga empat tahun yang lalu, tidak banyak orang yang mengkritik IMF. Hanya saya dan sedikit sekali teman. Sekarang, pemikiran bahwa program dan gaagasan IMF tidak cocok untuk dikembangkan di Indonesia sudah menjadi pemikiran mainstream. Presiden dan Wakil Presiden saja mengatakan hal seperti itu.

BAGAIMANA ANDA MELIHAT KRISIS YANG TERJADI SAAT INI?

Saya sudah memperkirakan akan terjadinya krisis ini sejak Januari 2008. Krisis ini disebabkan gelembung finansial di dalam negeri. Bursa kita menggelembung tanpa kontrol, begitu juga dengan penyaluran kredit untuk sektor properti komersial dan sepeda motor. Di saat yang sarna, pengawasan perbankan juga lemah. Bank turut terlibat dalam permainan hot money. Bank-bank asing yang jumlahnya terlalu banyak di sini juga lebih tunduk pada pemerintah bosnya di kantor pusat ketimbang memedulikan perekonomian domestik. Jadi sektor financial jadinya tidak terpegang. Sektor riil juga dihadapkan kepada masalah ekonomi biaya tinggi, buruknya infrastruktur, dan suku bunga tinggi. Dari luar negeri, gelembung finansial di Amerika meledak.

LALU?

Kita bisa bayangkan, mengatasi masalah di dalam negeri saja butuh perubahan kebijakan yang mendasar. Apalagi jika ditambah dengan masalah yang datang dari luar negeri. Ini benar-benar perlu penanganan yang hands on. Celakanya, yang muncul di negeri ini justru "statement-statement balon"-kosong dan sulit dipegang. Sunset policy pajak tiba-tiba diperpanjang. Penerapan safety guard ditunda-tunda. Nilai stimulus bisa berubah-ubah sampai lima kali. Sasaran stimulus fiskal berubah- ubah. Sementara itu, para pejabat keuangan malah membuat peraturan yang bisa membuat mereka amat berkuasa sekaligus terbebas dari ancaman pidana jika salah membuat kebijakan paada masa krisis. Saya benar-benar cemas melihat semua ini.

DAMPAK YANG ANDA BAYANGKAN?

Kalau seperti ini terus caranya, kalau pemimpin yang seperti sekarang atau pemimpin sebelumnya-berkuasa lagi, maka krisis mungkin baru akan berhenti setelah tiga sampai empat tahun. Itu pun karena berhenti dengan sendirinya setelah "daya ledaknya" habis.

KENAPA BISA BEGITU?

Karena pemimpinnya tidak hands on dalam mengatasi krisis ini. Pemimpin yang sekarang selalu bersikap, seolah-olah, semua masalah sudah selesai kalau ia sudah menggelar rapat berjam-jam, membuat paket kebijakan, dan merilisnya di hadapan media. Tapi, langkah pemerintah dalam menjalankan perekonomian secara benar tetap saja minim.

SEHARUSNYA?

Pemimpin harus menggerakkan kekuatan negara untuk terjun langsung dalam perekonomian, dan mengeluarkannya dari krisis. Tentu, setelah situasi normal, peran negara akan berangsur dikurangi dan swasta akan mengambil inisiatif.

KAPAN?

Dalam krisis ini, saya kira, jika pemimpinnya mau turun taangan seperti itu, tak sampai dua tahun kita bisa kembali pulih. Pilih pemimpin baru yang punya konsep jelas, maka kita akan lebih cepat pulih dari krisis.

ANDA DITETAPKAN SEBAGAI TERSANGKA. MERASA DIZALlMI?

Bahwa saya merasa dizalimi, ya. Tapi, itu urusan hukum. Ranahnya berbeda dengan urusan politik. Saya tak suka membawa-bawa kasus penzaliman ini ke urusan kampanye. Kendati, kasus ini juga bisa menunjukkan kepada semua orang tentang seperti apa sosok rezim SBY sesungguhnya.

MAJALAH TRUST, No. 12 TAHUN VII. 19-25 JANUARI 2009